Baru-baru ini, saya sempat terusik dengan sebuah komentar di satu
portal berita online. Intinya, komentar itu mempertanyakan tentang
pemilihan kata dalam berita yang ia anggap salah. Nah, yang dipermasalahkan
oleh komentator itu adalah kata bergeming. Saya masih ingat betul kalimat
“bermasalah” itu. Bunyinya seperti ini:
“Dengan hasil ini, maka Bayern Muenchen bergeming dari puncak klasemen.”
Si komentator itu protes, merasa kalimat ini salah. Ia bahkan
menyalahkan wartawan pembuat beritanya. Dia bilang: “Ini wartawannya bisa
Bahasa Indonesia yang baik, nggak sih? Masa bergeming? Harusnya tuh, tidak
bergeming! Muenchen kan masih di puncak klasemen!”
Masalahnya adalah... secara tata bahasa, tidak ada yang salah dengan
kalimat itu. Justru, si komentatorlah yang salah. Sepertinya pemahaman dia
tentang kata bergeming tertukar dengan frasa tidak bergeming. Dari
pengalaman saya, memang cukup banyak orang yang salah paham soal dua kata ini. Hanya
saja, sang komentator kita ini terlalu sombong dan sok tahu, padahal dialah
yang salah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata geming-bergeming
adalah diam atau tidak bergerak sama sekali. Dengan demikian,
arti frasa tidak bergeming adalah sebaliknya, yaitu bergerak atau
tidak diam.
Sekarang, coba terapkan makna ini di kalimat berita yang dipermasalahkan:
“Dengan hasil ini, maka Bayern Muenchen tidak bergerak dari puncak
klasemen.”
Aneh? Salah? Sama sekali tidak. Namun, coba bandingkan dengan kalimat
protes yang diungkapkan sang komentator:
“Ini wartawannya bisa Bahasa Indonesia yang baik, nggak sih? Masa tidak
bergerak? Harusnya tuh bergerak! Muenchen kan masih di puncak klasemen!”
Aneh? Janggal? Udah jelas Muenchen MASIH di puncak klasemen, tidak
bergerak sama sekali. Belum tergoyahkan. Lalu, apa masalahnya?
***
Saya sama sekali bukan penggemar band d’Masiv. Bahkan tidak ada satu
pun lagunya yang saya hafal. Namun, ada satu kalimat dari lirik lagunya yang
saya ingat (dan rasanya, inilah satu-satunya lirik lagu band ini yang saya tahu).
Seperti ini kalimatnya:
“Kau menolakku... acuhkan diriku...”
Kenapa saya bisa ingat dengan kalimat ini? Karena kalimatnya aneh. Keanehannya
terletak pada kata acuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti
kata acuh adalah peduli atau mengindahkan. Sedangkan jika maksudnya
adalah tidak peduli, maka kata yang tepat adalah tak acuh. Ah...
lagi-lagi, ini kasus tertukarnya pemahaman antara dua kata. Kali ini, yang
tertukar adalah kata acuh dan frasa tak acuh. Coba jika makna ini diterapkan pada lirik di
atas, hasilnya adalah:
“Kau menolakku... pedulikan diriku...”
Menolak tapi masih peduli? Oke, sip. Terserahlah....