Menjadi penyunting naskah atau text editor itu menyenangkan. Dengan
menjadi seorang editor, kita bertugas untuk mencari kesalahan (pada
tulisan) orang lain. Selain itu, kita pun jadi memiliki hak untuk “menyalahkan”
orang lain. Namun, layaknya pekerjaan lain, menjadi seorang editor pun
pasti tidak selalu menyenangkan. Ada saja tidak enaknya. Tidak enaknya yaitu... meski kita
memiliki hak untuk menyalahkan tulisan orang lain, namun kita pun memiliki
kewajiban untuk mengoreksinya (yeee, orang lain yang salah, tapi kok
kita yang ngebenerin?).
Nah, dengan tulisan ini, saya ingin mengajak untuk merasakan enak dan
tidaknya menjadi editor, yaitu mencari kesalahan pada tulisan orang lain,
dan mengoreksinya. Tulisan yang menjadi korban saya adalah berita yang baru
saya temukan di salah satu portal online. Namun, agar tulisan tidak
terlalu panjang, saya hanya akan membahas teras (lead) beritanya saja.
Selain itu, saya hanya akan membahas masalah teknis dan aturan penulisan
menurut KBBI. Jadi, saya tidak akan mengomentari teknis penulisan beritanya.
Coba perhatikan teras berita di atas. Sudah? Menemukan kejanggalan penulisan
pada berita tersebut? Kalau saya sih iya. Saya menemukan setidaknya tiga
kesalahan pada teras berita di atas. Apa saja?
Kesalahan pertama, penulisan dr MS, dr FS dan dr BS. Secara
aturan tata bahasa, tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan,
pangkat, dan sapaan. Jadi, penulisan yang benar adalah dr. MS, dr. FS dan dr.
BS.
Kesalahan kedua, penulisan malpraktik. Kata ini memang padanan
kata malpractice dalam Bahasa Inggris, sehingga masih banyak orang yang
menggunakannya. Namun, dalam KBBI, kata yang benar adalah malapraktik. .
Kata “mal-“ dalam Bahasa Inggris dan kata “mala-“ dalam Bahasa Indonesia
memiliki makna yang serupa, yakni tidak normal, salah, mencelakakan, sengsara, atau
jahat.
Kesalahan ketiga, penulisan kata tuna netra. Penulisan kata
tuna dan netra yang dipisah adalah sebuah kesalahan. Kesalahan, karena seperti
halnya kata “mala”, kata “tuna” di sini adalah bentuk kata terikat, yang tidak
bisa berdiri sendiri. Dengan demikian, penulisannya harus digabung, menjadi “tunanetra”.
Kata “tuna-” (dalam bentuk terikat) berarti “tidak memiliki”, dan
“netra” artinya adalah mata (penglihatan). Sedangkan "tuna" dalam bentuk bebas adalah nama ikan. Coba sekarang kita pisah kedua kata
tersebut, apa maknanya?
Tuna = ikan (nama ikan laut yang sekerabat dengan cakalang, dapat
dimakan)
Netra = mata
Tuna (spasi) netra = mata ikan?
Hah, mata ikan? Jadi, kalimat “Wah, mata ikan di kakiku
akhirnya sembuh!” ternyata bisa diganti dengan kalimat “Wah, tuna
netra di kakiku akhirnya sembuh!”. Oke, sip. Ini aneh dan jelas salah.