Pages

Ads 468x60px

Korupsi

Kita pasti benci korupsi. Benar-benar benci, karena perilaku tersebut membuat negeri ini hancur. Hanya karena tindakan korupsi yang dilakukan segelintir orang, jutaan rakyat Indonesia harus menderita terkena getahnya. Namun, sebelum kita mencaci maki para koruptor itu, bagaimana kalau kita sedikit merenung: apakah kita benar-benar tidak pernah korupsi sekecil apa pun?

Korupsi, dalam pemahaman saya adalah penyalahgunaan wewenang dan perampasan hak milik orang lain. Korupsi biasanya muncul akibat ketidaksabaran, sehingga ingin mendapatkan suatu hal dengan cepat dan instan. Contohnya, kasus Gayus Tambunan beberapa waktu lalu. Saat itu, Gayus terbukti menggelapkan uang pajak. Dengan demikian, ia menyalahgunakan wewenangnya sebagai pegawai pajak. Ia juga merampas hak (uang) milik negara. Milik rakyat. Gayus melakukan korupsi karena ia tak mampu bersabar terhadap kondisi hidupnya. Ia ingin kaya, namun tak mau menunggu. Akibatnya, ia menempuh cara instan, yaitu dengan korupsi.

Kita, disadari atau pun tidak, sebenarnya pasti pernah melakukan korupsi. Menyalahgunakan wewenang dan merampas hak milik orang lain. Tidak percaya? Saya akan beri contoh:

Seorang pengendara sepeda motor terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Karena sedang terburu-buru, maka ia memutuskan untuk naik ke atas trotoar. Dengan menjalankan motornya di atas trotoar, setidaknya ia bisa sedikit terhindar dari kemacetan.

Trotoar berfungsi sebagai akses jalan bagi pejalan kaki. Saat seorang pengendara sepeda motor menaikkan kendaraannya ke atas trotoar, maka secara tak langsung ia bisa disebut sudah menyalahgunakan wewenang dan merampas hak milik para pejalan kaki. Pengendara motor ini tidak bisa bersabar menghadapi kemacetan, sehingga memilih cara instan dengan naik ke atas trotoar. Perilaku yang tak jauh berbeda dengan Gayus, yah? Contoh lain yang bisa disebut korupsi adalah penerobosan lampu merah, membuat SIM tembak, menyerobot antrean, dan banyak lagi.

Saya nggak bakal sok suci di sini. Saya akui, saya pun beberapa kali khilaf dengan menaikkan motor ke trotoar. Namun, saya hanya ingin mengimbau, mari kita sadari jika hal ini adalah sebuah kesalahan. Mari kita sama-sama belajar untuk menghindari perilaku yang merugikan orang lain ini.