Pages

Ads 468x60px

Klinik Bahasa #3 --- Awalan di-

Beberapa hari yang lalu, saya sempat berdebat dengan dosen pembimbing terkait masalah awalan di-. Perdebatan itu dimulai saat ia melihat frasa ‘di bawah bimbingan’ pada skripsi teman saya.

Dosen: “Ini salah. Harusnya kata ‘di bawah’ ini disatukan.”
Teman: “Oh, harus disatukan jadi ‘dibawah’ yah, Pak?
Dosen: “Iya.”
Saya: “Loh, kok disatukan sih, Pak? Ini kan bukan kata kerja.”
Dosen: “Kata siapa? Ini kata kerja kok. Masa ‘di bawah bimbingan’ itu kata keterangan tempat? Ini kan beda dengan kata ‘di bawah meja’.”

Saya terus ngotot, karena merasa benar. Sayangnya, kengototan saya tidak didukung alasan yang kuat. Di sisi lain, dosen saya pun sama ngototnya. Alasannya seperti yang saya sebutkan pada dialog di atas.

Mungkin karena dosen itu merasa perdebatan ini bakal menghabiskan waktu, maka dia pun mengambil jalan tengah.

Dosen: “Ya sudah, kalau begitu, hapus saja frasa ‘di bawah bimbingan’.”

Saya menerima keputusan ini. Memang lebih baik meninggalkan hal yang masih menjadi keraguan. Daripada maksa, tapi ternyata malah salah.

Namun, masalah ini ternyata membuat saya penasaran. Benarkah frasa ‘di bawah bimbingan’ seharusnya ditulis ‘dibawah bimbingan’? Maka, sesampainya di rumah, saya langsung membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Catatan, saya menggunakan KBBI Edisi Ketiga tahun 2008. Jadi, saya tidak bertanggung jawab jika ada perubahan di KBBI edisi paling baru (Edisi Keempat).

Hasilnya, ternyata... yang benar memang ‘di bawah’, dengan spasi. Salah satu contoh yang sepadan yang tertulis dalam KBBI adalah frasa ‘di bawah naungan gubernur’


Dalam KBBI tidak ada penjelasan mengapa harus dipisah, tapi mungkin saya bisa menjelaskannya dengan singkat. Awalan di- pada frasa ‘di bawah’ ini jelas bukan imbuhan, karena kata ‘bawah’ bukanlah kata kerja. Awalan di- yang berhadapan dengan kata kerja adalah bentuk pasif, seperti ‘dipukul’, dan ‘ditulis’.

Contoh:
Saya dipukul olehnya
Buku itu ditulis oleh saya

Nah, sebagai lawan kata pasif, pasti ada juga bentuk kata atau kalimat aktifnya, kan? Kedua kalimat di atas bisa dengan mudah diubah menjadi kalimat aktif.

Contoh:
Dia memukul saya
Saya menulis buku itu

Pertanyaannya sekarang, apa bentuk aktif dari kalimat ‘di bawah bimbingan dosen X’? Tidak ada, kan?

Perdebatan serupa terjadi antara saya dengan seorang teman saat mengedit berita terbitan pers mahasiswa di kampus saya. Frasa yang diperdebatkan adalah ‘di mata mahasiswa’.

Teman: “Ki, harusnya frasa ‘di mata mahasiswa’ itu digabung, kan?
Saya: “Loh, kok digabung? Kata ‘mata’ kan bukan kata kerja, jadi harus dipisah.”
Teman: “Kan maknanya tuh ‘dalam pandangan’, jadi itu kata kerja.”
Saya: “Kata kerja dari Hongkong? Udah jelas kalo ‘mata’ itu kata benda. Jadi, jangan memberi makna seenaknya.”

***

Kesimpulannya, awalan di- harus disatukan ketika berhadapan dengan kata kerja. Jika berhadapan dengan selain kata kerja (kata benda dan kata keterangan), maka harus dipisah. Hal yang sama berlaku untuk awalan ke-.

Namun, khusus awalan ke- ini, harus diperhatikan dengan baik, apakah itu kata kerja atau malah kata benda/keterangan.

Contoh:
Saya melempar kertas itu ke luar kamar (ini kata keterangan tempat, jadi dipisah)
Saya keluar dari forum ini! (ini kata kerja, jadi digabung)
Saudara X, segera menghadap ke meja saya (ini kata keterangan tempat, jadi dipisah)
Hari ini saya mengenakan kemeja (ini kata benda, jadi digabung)