Pages

Ads 468x60px

No Action, Talk Only...

Saat ini, kampus saya sedang mengalami pembangunan total. Akibatnya, alih-alih menjadi tempat yang nyaman untuk kegiatan perkuliahan, kini kondisinya malah lebih mirip lokasi yang baru saja terkena gempa besar. Gedung-gedung lama hanya tinggal rangkanya saja, sementara gedung baru pun belum jadi (loh, lalu kita kuliah di mana?). Jalan-jalan dipenuhi galian. Akibatnya, tanah dan batu bertebaran di mana-mana.
Oh, dipikir-pikir, saya terlalu bertele-tele. Langsung ke intinya saja: pohon. Apa hubungan antara pohon dengan pembangunan? Tentu ada. Karena pembangunan ini, sekitar 238 pohon di kampus saya harus ditebang. Alasannya sih karena pohon-pohon itu terletak di jalur galian kabel dan pipa.

Pada dasarnya, pihak rektorat berjanji akan mengganti pohon-pohon yang ditebang dengan jumlah yang lebih banyak. Namun, rupanya banyak pihak (mayoritasnya sih mahasiswa) yang terlanjur marah atas tindakan pelestarian global warming ini. Untuk menunjukkan rasa tidak senangnya, mereka pun mengadakan aksi demo (tipikal mahasiswa banget, yah?).

Massa Aksi: “Pohon tumbang, rektor harus ikut tumbang!”

Hmmm... melarang pohon ditebang dengan ancaman, “bijaksana sekali”. Sayangnya, ancaman ini sama sekali tidak efektif. Pohon-pohon tetap ditebang. Aksi demo pun makin menggila.

Massa Aksi: “Ganti pohon-pohon yang ditebang itu dengan pohon yang ukurannya sama persis!”

Whattafuck?! Itu tuntutan macam apaan? Nggak logis amat. Ambil contoh, misalnya diameter batang pohon yang ditebang itu 2,1398 meter dan tingginya 4 meter, masa iya pihak rektorat harus ngukur semua pohon di penjual tanaman (pake meteran) biar dapet pengganti yang sama persis? Beneran konyol itu tuntutan.

Kalau boleh jujur, saya rasa aksi demo itu benar-benar tidak efektif dan terkesan sia-sia. Mau bagaimana lagi, pohon-pohonnya udah ditebang. Karena itu, saya pun memberi sebuah usul pada salah satu peserta demo (usulannya terinspirasi dari ide dosen saya). Usul yang saya rasa lebih efektif ketimbang demo.

Saya: “Bro, daripada kalian demo dan sama sekali nggak didengerin ama rektorat, gimana kalau kalian ngadain acara penggalangan dana aja?”
Peserta Demo: “Penggalangan dana? Buat apa?”
Saya: “Kumpulin aja dana dan sumbangan dari orang-orang, nanti duitnya beliin pohon baru. Itu kan jauh lebih baik daripada kalian teriak-teriak nggak jelas, sementara pohon-pohonnya udah ditebang dari kemarin.”
Peserta Demo: “Hmmm...”
Saya: “Sebagai langkah awal, gue dan kalian (para peserta demo) aja dulu yang ngasih sumbangan.”
Peserta Demo: “Appphua?! Nggak ah!”
Saya: “Loh, katanya lu peduli soal lingkungan dan pohon-pohon ini?”
Peserta Demo: “Emang peduli. Tapi kalau urusannya udah ama duit, itu beda cerita!”
Saya: “Lah, jadi kepedulian kalian cuma sekadar sampai teriak-teriak doang, dan nggak mau ngelakuin aksi real, toh.” (=_____=”)