Guru: “Anak-anak, sekarang kan Hari Pahlawan. Jadi kita akan membahas tentang kisah-kisah perjuangan para pahlawan yang paling kalian kagumi. Tapi ingat, jawabannya jangan ngaco seperti kemarin yaah...”
Murid-Murid: “Iya Buuu.”
Guru: “Baiklah. Coba kita mulai dari A. Coba A, sebutkan kisah kepahlawanan yang paling kamu kagumi!”
A: “Saya kagum terhadap kisah kepahlawanan Tan Malaka. Meski separuh dari usia hidupnya dihabiskan sebagai buronan di berbagai negara, namun ia mampu menghasilkan banyak karya yang luar biasa. Salah satunya adalah buku Naar de Republiek Indonesia, yang membuatnya disebut sebagai orang pertama yang membuat konsep Republik Indonesia.”
Guru (bangga): “Oh, bagus sekali. Sekarang B, ayo sebutkan kisah kepahlawanan yang paling kamu kagumi!”
B: “Saya kagum terhadap perjuangan seorang perempuan di negeri ini. Sejak 1902, dia sudah merintis pendidikan bagi kaum perempuan (bahkan lebih dulu dari Kartini).”
Guru (tersenyum): “Lalu, siapakah tokoh pahlawan yang kamu maksud itu?”
B: “Dewi Sartika, Bu.”
Guru: “Bagus sekali, muridku. Nah, sekarang giliran kamu, C!”
C: “Kalau saya, kagum terhadap perjuangan keras seorang laki-laki yang rela mempertaruhkan hidupnya demi menolong wanita yang dicintainya. Dia sampai mendatangi markas penjahat yang menyekap si wanita, dan melawan mereka.”
Guru (bingung): “Loh, Ibu baru dengar cerita kepahlawanan itu. Memang siapa nama pahlawannya?”
C (tersipu malu): “Itu bukan kisah hidup seorang pahlawan, Bu. Kisah itu saya ambil dari sinetron ‘Putri yang Ditukar’. Saya nggak tau sih kisah-kisah para pahlawan seperti apa.”
Guru: “@#$%&^%$)!”