Pages

Ads 468x60px

Inikah Makna Nasionalisme?

Kemarin, sepulangnya belanja tinta untuk printer, saya mendengarkan suatu percakapan menarik di angkot yang saya tumpangi. Percakapan ini dilakukan oleh tiga anak SMP, dua cewek dan satu cowok.

Cowok: “Keren yah Timnas (sepakbola) U-23. Maennya bagus. Meski kemarin kalah lawan Malaysia, tapi gue yakin timnas bakal juara!”
Cewek 1: “Iya bener, emang keren! Tapi nggak cuma timnas bola doank, cabang olahraga lain juga nggak kalah keren!”
Cowok: “Bener, bener. Perolehan medali Indonesia juga sekarang yang paling tinggi kan? Udah berapa sih?”
Cewek 2: “Medali emasnya udah 112 kalo nggak salah. Jauh ninggalin yang posisi dua tuh. Yang keduanya baru 66 medali emas. Cool!”
Cowok: “Harus kita dukung terus tuh!”
Cewek 1: “Setuju! Mumpung lagi Sea Games, jadi kita wajib nunjukin nasionalisme kita.”

Sebenarnya, saya ingin sekali nyeletuk: “Mumpung lagi Sea Games? Dulu-dulu, pas nggak ada event olahraga internasional, nasionalisme kalian dikemanain?”. Tapi karena males debat ama bocah, maka celetukan itu saya tahan.

Namun, tiba-tiba seorang bapak (umurnya sekitar tiga puluhan) ikut nimbrung pada percakapan mereka. Mungkin dia tertarik (seperti saya) dan penasaran pada anak-anak SMP itu.

Bapak: “Kalian cinta sekali ama Indonesia yah?”
Cowok: “Iya donk, Pak. Itu kan kewajiban kita!”
Bapak: “Hmmm... bagus. Nah, kalian kan para nasionalis muda yang sangat cinta negeri ini. Sekarang, tau nggak apa judul national anthem atau lagu kebangsaan Indonesia?”
Saya (mikir dalam hati): “Ceilah, pertanyaannya gampang amat. Anak SD juga tau kali.”
Cewek 2: “Tau dong. Garuda di Dadaku, kan?”
Bapak (mulutnya menganga):
Saya (kesel, pengen ketawa campur pengen nangis):