Pages

Ads 468x60px

Tujuan Aksi

Banyak aktivis mahasiswa yang masih terkena euforia reformasi. Mereka masih berpikir, setiap masalah akan selesai dengan aksi turun ke jalan: demonstrasi.

Sayangnya, sering kali aksi ini berakhir ricuh dan berujung pada tindakan anarkis. Ini patut kita pertanyakan, mengapa hal ini bisa terjadi? Apa hanya karena tuntutan ditolak, mereka berubah jadi beringas? Apa hanya karena gagal menyalurkan aspirasinya, mereka jadi menghalalkan tindakan kekerasan? Jika jawabannya iya, maka ini adalah tindakan konyol. Tidakan anarkis tidak bisa dibenarkan meski dengan alasan apa pun, apalagi hanya karena ketidakmampuan kita untuk berlapang dada menerima sebuah penolakan.

Lagipula, di masa saat kebebasan berpendapat benar-benar dijunjung tinggi, menyampaikan aspirasi dengan mediasi atau dengan tulisan justru lebih efektif ketimbang melakukan aksi turun ke jalan. Jadi, apa sebenarnya motif diadakannya demonstrasi ini?

Jangan-jangan, tujuan mayoritas dari mereka tidak semulia apa yang dikatakannya. Mereka selalu berkata, aksi ini dilakukan demi kepentingan publik. Huh, omong kosong. Saya rasa, kepentingan pribadi justru lebih kentara.

Memang, spekulasi tersebut bisa dibilang terlalu menggeneralisasi, bahkan terlalu terburu-buru. Namun, pada faktanya, memang banyak aktivis yang seperti itu. Mereka melakukan aksi hanya demi eksistensi, atau bahkan demi uang dan konsumsi.