Pages

Ads 468x60px

Pencuri

“Maliing… maliing…!!!”

“Kena lu!!!”

“Duakkk! Jduuk!!”

“Bakar! Siksa! Telanjangin!”

Itulah ilustrasi penangkapan pencuri yang sering terjadi di negeri ini. Seorang pencuri yang ketahuan, pasti akan dikejar-kejar oleh puluhan warga. Jika tertangkap, risikonya adalah babak belur, atau bahkan meninggal.

Fenomena ini sering menimbulkan pertanyaan di benak saya, pantaskah pencuri tersebut dianiaya sedemikian rupa? Bagaimana pun, dia hanyalah orang yang sedang berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hanya caranya saja yang salah. Lalu, sesuci apakah orang-orang yang memukuli pencuri tersebut, sehingga merasa pantas untuk menghakimi kesalahan orang lain?

Baiklah, pencuri memang tetaplah pencuri. Dia bersalah karena sudah mencuri hak milik orang lain. Namun, orang-orang yang memukuli pencuri juga tak bisa disebut orang suci. Mereka ikut bersalah karena sudah menganiaya orang lain, bahkan (seringkali) membuat si pencuri terbunuh. Mereka hanyalah orang-orang bodoh yang lebih mengedepankan emosi, ketimbang berpikir logis untuk menyerahkan masalahnya ke pihak yang berwajib.

Bayangkan jika pencuri tersebut meninggal akibat penganiayaan ini. Si pencuri berdosa karena mencuri, dan ia tak sempat bertobat. Di sisi lain, para pemukul berdosa karena membunuh, dan membuat si pencuri kehilangan haknya untuk bertobat.