Pages

Ads 468x60px

Klinik Bahasa #4 --- Geming & Acuh

Baru-baru ini, saya sempat terusik dengan sebuah komentar di satu portal berita online. Intinya, komentar itu mempertanyakan tentang pemilihan kata dalam berita yang ia anggap salah. Nah, yang dipermasalahkan oleh komentator itu adalah kata bergeming. Saya masih ingat betul kalimat “bermasalah” itu. Bunyinya seperti ini:

“Dengan hasil ini, maka Bayern Muenchen bergeming dari puncak klasemen.”

Si komentator itu protes, merasa kalimat ini salah. Ia bahkan menyalahkan wartawan pembuat beritanya. Dia bilang: “Ini wartawannya bisa Bahasa Indonesia yang baik, nggak sih? Masa bergeming? Harusnya tuh, tidak bergeming! Muenchen kan masih di puncak klasemen!”

Masalahnya adalah... secara tata bahasa, tidak ada yang salah dengan kalimat itu. Justru, si komentatorlah yang salah. Sepertinya pemahaman dia tentang kata bergeming tertukar dengan frasa tidak bergeming. Dari pengalaman saya, memang cukup banyak orang yang salah paham soal dua kata ini. Hanya saja, sang komentator kita ini terlalu sombong dan sok tahu, padahal dialah yang salah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata geming-bergeming adalah diam atau tidak bergerak sama sekali. Dengan demikian, arti frasa tidak bergeming adalah sebaliknya, yaitu bergerak atau tidak diam.

Sekarang, coba terapkan makna ini di kalimat berita yang dipermasalahkan:

“Dengan hasil ini, maka Bayern Muenchen tidak bergerak dari puncak klasemen.”

Aneh? Salah? Sama sekali tidak. Namun, coba bandingkan dengan kalimat protes yang diungkapkan sang komentator:

“Ini wartawannya bisa Bahasa Indonesia yang baik, nggak sih? Masa tidak bergerak? Harusnya tuh bergerak! Muenchen kan masih di puncak klasemen!”

Aneh? Janggal? Udah jelas Muenchen MASIH di puncak klasemen, tidak bergerak sama sekali. Belum tergoyahkan. Lalu, apa masalahnya?

***

Saya sama sekali bukan penggemar band d’Masiv. Bahkan tidak ada satu pun lagunya yang saya hafal. Namun, ada satu kalimat dari lirik lagunya yang saya ingat (dan rasanya, inilah satu-satunya lirik lagu band ini yang saya tahu). Seperti ini kalimatnya:

“Kau menolakku... acuhkan diriku...”

Kenapa saya bisa ingat dengan kalimat ini? Karena kalimatnya aneh. Keanehannya terletak pada kata acuh. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata acuh adalah peduli atau mengindahkan. Sedangkan jika maksudnya adalah tidak peduli, maka kata yang tepat adalah tak acuh. Ah... lagi-lagi, ini kasus tertukarnya pemahaman antara dua kata. Kali ini, yang tertukar adalah kata acuh dan frasa tak acuh.  Coba jika makna ini diterapkan pada lirik di atas, hasilnya adalah:

“Kau menolakku... pedulikan diriku...”

Menolak tapi masih peduli? Oke, sip. Terserahlah....