Pages

Ads 468x60px

Calo

Selain negerinya para koruptor dan barang-barang bajakan, Indonesia juga negerinya para calo. Nyaris di semua aspek kegiatan, terutama yang berhubungan dengan hal-hal yang berbau birokrasi, selalu ada calo yang menanti. Mulai dari pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan paspor, hingga pembelian tiket acara-acara besar seperti pertandingan sepakbola atau konser.

Menggunakan jasa calo jelas tidak bisa dibenarkan dalam pandangan aturan. Namun, tak sedikit orang yang menempuh jalan ini. Mengapa? Jawabannya gampang, untuk menghemat waktu dan energi, meski harus mengeluarkan uang ekstra.

Proses pembuatan SIM bisa menjadi contoh yang bagus. Di kantor polisi, tempat pembuatan SIM, selalu ada calo yang menawarkan jasanya. Calonya, tak lain dan tak bukan, adalah staff kepolisian itu sendiri. Istilahnya adalah SIM tembak. Di Kota Bandung, biaya pembuatan SIM tembak sekitar 200-250 ribu rupiah, tergantung kesepakatan. Bandingkan dengan pembuatan SIM melalui jalur reguler tanpa calo, yang hanya 75 ribu (naik dari pas zaman saya yang cuma 60 ribu).

Namun, perbedaan jumlah biaya yang sangat jauh itu ternyata berimbang dengan waktu pembuatannya. Dengan jalur reguler tanpa calo, waktu yang diperlukan sekitar tiga jam. Itu pun paling cepat. Bahkan kadang-kadang, meski kita mengajukan dari pagi, namun baru beres saat sore. Wajar, selain karena harus menempuh berbagai macam tes, masa menunggunya juga lama.

Tidak hanya waktu pembuatannya yang lama, jalur reguler tanpa calo juga tidak dijamin lulus dan mendapatkan SIM. Kebayang aja, udah nunggu lama dari pagi sampe sore, ternyata nggak lulus. Wah, jangan-jangan nanti bakal ada kasus bakar diri lagi. Bakar diri gara-gara kecewa terhadap pelayanan kepolisian.

Lalu, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat SIM tembak (melalui perantara calo)? Tidak perlu tes macam apa pun dan tidak perlu menunggu, karena paling lama 15 menit pun beres. Dijamin lulus pula. Maka, tak heran jika banyak orang yang lebih memilih menggunakan jasa calo. Cepat dan dijamin lulus.

***

Namun, tak semua jasa calo menguntungkan. Dalam proses pembuatan paspor, jasa calo benar-benar hanya menghabiskan uang. Nggak berguna. Seperti yang dialami dosen-dosen saya beberapa waktu lalu, saat mereka mau studi banding ke Singapura (gile, studi banding apa piknik tuh?).

Dosen 1: “Mahal banget bikin paspor, yang isinya 24 halaman aja sampe 300 ribu.”
Dosen 2: “Loh kok mahal? Saya cuma 50 ribu kok. Isinya juga sama, 24 halaman.”
Dosen 1: “Saya pake calo sih. Kan biar jadinya lebih cepet.”
Dosen 2: “Oh, pantesan. Emang jadinya berapa lama?”
Dosen 1: “Tiga hari.”
Dosen 2: “Loh, katanya pake calo? Tapi kok waktunya sama kayak saya? Saya juga jadinya sama, cuma tiga hari. Padahal nggak pake calo.”
Dosen 1: “Lah, terus apa gunanya pake jasa calo? Sialan, saya tertipu!”

***

Saya tidak menganjurkan kalian untuk menggunakan jasa calo. Bagaimanapun juga, lebih baik menggunakan cara reguler. Karena selain bisa mengetahui bagaimana cara kerjanya, juga agar kita bisa lebih menghargai proses.

Namun, saya tidak bisa melarang jika kalian memang lebih menggunakan jasa calo. Toh mungkin saja kalian memang orang sibuk, sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk mengikuti seluruh prosesnya.