Pages

Ads 468x60px

Utang Indonesia

A: “Bro, gue mau bayar utang nih.”

B: “Wah, asik. Keren lu, baru gajian yah?”

A (sambil ngeluarin duit dari dompet): “Iya, Bro. Utang gue ke lu 150 ribu kan? Nih, gue bayar tunai!”

B: “Sip! Makasih banget, Bro!”

A: “OK! Duh, Alhamdulillah, akhirnya gue bebas juga dari utang! Yeah!”

B: “Loh, kata siapa? Lo masih punya utang kok, gede malah...”

A: “Masa iya? Emang ama siapa? Berapa jumlahnya? Kok gue nggak inget?!”

B: “Jumlahnya sekitar 7,9 juta.”

A: “Gile lu, kapan gue pinjem duit segede itu?! Ama siapa?”

B: “Yang pinjem bukan lu, tapi pemerintah. Pinjem ke pihak asing. Sekarang total utang Indonesia kan sekitar 1900 trilyun1. Kalo dibagi jumlah penduduk yang sekitar 241 juta2, jadi tiap orang punya utang 7,9 juta.”

A: “Oh iya juga sih. Tapi bentar, gue kan nggak ngerasa nikmatin itu duit pinjaman, kok gue (ama lu juga) harus ikut bayar?”

B: “Emang lu pikir fasilitas-fasilitas umum di negara ini, yang suka lo pergunain, itu dibangun pake duit dari mana?”

A: “Fasilitas umum apaan? WC umum? Harus bayar, sekali masuk seribu. Jalan? Pada bolong, Bro!”

B: “Itu, misalnya pengobatan gratis buat orang miskin...”

A: “Gratis apanya? Kemarin-kemarin gue berobat, tetep aja harus bayar. Padahal gue bawa surat keterangan tidak mampu!”

B: “Hmmm... terus buat apa lagi yah? Bentar, gue mikir dulu...”

A: “Gue tau itu duit utang dipake buat apaan!”

B: “Emang buat apaan?”

A: “Dipake buat pemilu! Kemarin-kemarin gue baca di internet, perkiraan total biaya untuk sekali pemilu legislatif, pemilu presiden dan pilkada di seluruh Indonesia mencapai 307 trilyun rupiah3!”

B: “Sebanyak itu?”

A: “Iya, serius! Coba yah uang buat pemilu itu dipakai nyicil utang negara kita. Bisa lunas cuma dalam tujuh periode tuh.”

B: “Tapi nanti efeknya, kita nggak bakal punya pemimpin. Kan pemilu itu buat milih pemimpin dan wakil rakyat.”

A: “Gue sih rela. Apaan, duit udah keluar sebanyak itu, tapi hasilnya cuma koruptor. Terus, nanti koruptor-koruptor itu (yang lu sebut pemimpin) ngutang lagi ke luar negeri. Utang buat apa? Buat bikin kaya diri mereka sendiri. Utang nambah, kita nggak ngerasain apa-apa. Tragis amat, demokrasi yang teramat mahal ini cuma sanggup buat menghasilkan para pengkhianat bangsa.”

B (speechless): “...”

Catatan Akhir:
1 Data Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia, Agustus 2011
2 Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Juli 2011
3 Data diambil dari analisis Muhammad Jusuf Kalla