Baru-baru ini, saya mendengar analisis dari pacar saya (yang dia dapat dari penjelasan dosennya), tentang kenapa rakyat Indonesia banyak yang miskin (padahal negaranya sangat kaya). Analisisnya sangat luar biasa. Bukan tentang permasalahan ekonomi atau semacamnya, tapi malah berkaitan dengan hantu.
Loh, kok hantu? Apa hubungannya? Jadi begini, menurut dia, wajar kalau rakyat Indonesia banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Toh hantu-hantunya saja pada miskin. Nggak percaya? Saya coba paparkan ulang analisis ngaco dari pacar saya ini....
Mayoritas rakyat Indonesia miskin, karena banyak di antara mereka yang percaya dan takut pada hantu. Bahkan, tak jarang mereka pun sering menyediakan sesajen untuk meminta sesuatu (ingin kaya, dapat jodoh, dll). Padahal, hantu di Indonesia bahkan nggak sanggup buat beli baju bagus. Kita lihat Pocong, tau kan pakaiannya seperti apa? Kain kafan! Lihat juga Kuntilanak dan Wewe Gombel. Pakaiannya... kain rombeng. Whattafuck! Kayak nggak ada yang lebih bagus aja.
Coba bandingkan dengan Drakula, yang pakaiannya sangat elite: jas. Berdasi pula. Betapa sensitifnya dia kepada mode, nggak seperti hantu-hantu di kita yang tidak memiliki sense of fashion yang baik (atau malah nggak punya duit buat beli pakaian yang bagusan dikit).
Lihat pula Vampir, yang mengenakan pakaian khas dari negaranya. Keren, cinta sekali dia kepada budaya negerinya sendiri. Di Indonesia, mana ada hantu yang mengenakan pakaian khas lokal, seperti misalnya batik atau kebaya.
Ada sih hantu Indonesia yang pakaiannya cukup elite. Dia adalah... Suster Ngesot. Sayangnya, saya rasa pakaiannya bukanlah pakaian suster beneran (yang ia dapat resmi dari rumah sakit). Saya curiga pakaiannya itu adalah kain pel yang dijadikan seperti baju suster. Liat aja kerjaan ini hantu, bukannya merawat pasien, malah hobi banget ngepel lantai pakai baju. Suster palsu nih. Jangan-jangan dia pakai ijazah palsu dari suatu akademik keperawatan pas dulu ngelamar kerja di rumah sakit.
Mungkin, satu-satunya hantu luar negeri yang berpakaian tragis hanyalah Zombie. Dia mengenakan pakaian rombeng yang sobek-sobek. Tapi, itu jauh lebih baik ketimbang empat hantu top di Indonesia: Kolor Ijo, Buta Ijo, Kuyang dan Genderuwo.
Betapa pun tragisnya pakaian Zombie, dia masih memakai pakaian lengkap (meski sobek di mana-mana). Sedangkan Buta Ijo, dia cuma pakai celana pendek atau kain rombeng sebagai penutup auratnya (seperti Tarzan). Apalagi, dia juga plagiat gaya super hero luar negeri: Hulk. Bedanya, Hulk asalnya memakai baju (yang tampak mahal), namun sobek karena ukuran badannya membesar (kaya banget tuh super hero, harus selalu beli baju tiap selesai berubah). Kalau Buta Ijo, emang dari sananya dia nggak punya duit buat beli baju.
Itu masih mending. Sekarang lihat Kolor Ijo. Ini hantu cuma pakai kolor! Warna hijau pula!Oh my God, ini hantu niatnya buat nakut-nakutin, atau malah ngelawak ama berbuat mesum sih? Parah...
Lain halnya dengan Kuyang. Kuyang merupakan siluman berwujud kepala manusia, dengan jeroan tubuh yang menggantung di bawah kepalanya (tanpa dilindungi daging dan kulit). Hal paling tragis dari Kuyang yakni, jangankan punya baju, dia bahkan nggak punya badan buat nutupin itu jeroan yang sangat menjijikan.
Namun, penghargaan hantu terparah dari segi pakaian (sekaligus termiskin) tetap jatuh ke tangan Genderuwo. Dia sama sekali nggak pake pakaian apa pun! Okelah, Kuyang juga emang nggak pake pakaian. Tapi setidaknya, dia emang nggak punya aurat buat ditutupi. Lah Genderuwo, badannya lengkap (yang otomatis, auratnya pun lengkap)! Lebih parah lagi, itu bulu yang tumbuh sebadan dipamerin ke mana-mana! Oh my God, semiskin-miskinnya manusia, selama dia masih normal, pasti bakal nutupin auratnya. Ini Genderuwo, padahal bulunya jauh lebih lebat dari manusia, nggak ditutupin pula.Nggak malu tuh? Atau emang bener-bener nggak punya duit (bahkan buat beli kolor sekali pun)? Betapa miskinnya....
Hantu-hantu di Indonesia disebut miskin nggak cuma dari segi pakaian saja. Segi tempat tinggal pun sama saja. Pasti tau kan tempat tinggal favorit mereka di mana aja? Yupz, pohon dan bangunan tua yang sudah lama ditinggal oleh pemiliknya. Dasar payah, pengen punya tempat tinggal, tapi maunya yang gratisan aja. Modal dong, minimalnya ngontrak, kek!
Lain lagi kasusnya dengan Jelangkung. Ini hantu benar-benar tidak tau diri. Sudah sering datang tanpa diundang, pulangnya pun minta diantar! Mending kalau diantarnya dengan pakai kendaraan. Lah, dia minta diantar dengan digendong sama manusia. Dasar stress lu, Kung! Ini zaman teknologi, woy! Buat apa ada mobil atau motor, kalau nggak buat dipake? Udah miskin, gaptek pula.
Yah, memang sih, ada juga hantu yang kaya raya, seperti Nyi Roro Kidul yang katanya punya kerajaan di bawah laut dan kendaraan semacam kuda kencana. Atau seperti Hantu Pondok Indah, yang sanggup “membeli” rumah di kompleks real estate macam itu. Tapi, jumlah hantu seperti itu memang sangat sedikit. Seperti rakyat negeri ini saja, jumlah orang kaya jauh lebih sedikit ketimbang orang miskin.
Jadi, sepertinya sekarang kita harus berdoa, semoga rakyat dan hantu di Indonesia mampu bangkit dari keterpurukan dan krisis perekonomian.
***
Seperti itulah analisis dari pacar saya. Analisis yang mungkin bisa memberikan pandangan baru, tentang mengapa banyak rakyat Indonesia yang miskin. Sayangnya, alih-alih saya mempertimbangkan dengan serius analisis tersebut, saya malah jadi berpikir, ini pacar saya masih waras nggak sih? Kok analisis ngaco dari dosennya itu malah dipercaya begitu aja?