Pages

Ads 468x60px

Klinik Bahasa #5 --- Belajar Menyunting Naskah

Menjadi penyunting naskah atau text editor itu menyenangkan. Dengan menjadi seorang editor, kita bertugas untuk mencari kesalahan (pada tulisan) orang lain. Selain itu, kita pun jadi memiliki hak untuk “menyalahkan” orang lain. Namun, layaknya pekerjaan lain, menjadi seorang editor pun pasti tidak selalu menyenangkan. Ada saja tidak enaknya. Tidak enaknya yaitu... meski kita memiliki hak untuk menyalahkan tulisan orang lain, namun kita pun memiliki kewajiban untuk mengoreksinya (yeee, orang lain yang salah, tapi kok kita yang ngebenerin?).

Nah, dengan tulisan ini, saya ingin mengajak untuk merasakan enak dan tidaknya menjadi editor, yaitu mencari kesalahan pada tulisan orang lain, dan mengoreksinya. Tulisan yang menjadi korban saya adalah berita yang baru saya temukan di salah satu portal online. Namun, agar tulisan tidak terlalu panjang, saya hanya akan membahas teras (lead) beritanya saja. Selain itu, saya hanya akan membahas masalah teknis dan aturan penulisan menurut KBBI. Jadi, saya tidak akan mengomentari teknis penulisan beritanya.


Coba perhatikan teras berita di atas. Sudah? Menemukan kejanggalan penulisan pada berita tersebut? Kalau saya sih iya. Saya menemukan setidaknya tiga kesalahan pada teras berita di atas. Apa saja?

Kesalahan pertama, penulisan dr MS, dr FS dan dr BS. Secara aturan tata bahasa, tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Jadi, penulisan yang benar adalah dr. MS, dr. FS dan dr. BS.

Kesalahan kedua, penulisan malpraktik. Kata ini memang padanan kata malpractice dalam Bahasa Inggris, sehingga masih banyak orang yang menggunakannya. Namun, dalam KBBI, kata yang benar adalah malapraktik. . Kata “mal-“ dalam Bahasa Inggris dan kata “mala-“ dalam Bahasa Indonesia memiliki makna yang serupa, yakni tidak normal, salah, mencelakakan, sengsara, atau jahat.

Kesalahan ketiga, penulisan kata tuna netra. Penulisan kata tuna dan netra yang dipisah adalah sebuah kesalahan. Kesalahan, karena seperti halnya kata “mala”, kata “tuna” di sini adalah bentuk kata terikat, yang tidak bisa berdiri sendiri. Dengan demikian, penulisannya harus digabung, menjadi “tunanetra”.

Kata “tuna-” (dalam bentuk terikat) berarti “tidak memiliki”, dan “netra” artinya adalah mata (penglihatan). Sedangkan "tuna" dalam bentuk bebas adalah nama ikan. Coba sekarang kita pisah kedua kata tersebut, apa maknanya?

Tuna = ikan (nama ikan laut yang sekerabat dengan cakalang, dapat dimakan)
Netra = mata
Tuna (spasi) netra = mata ikan?

Hah, mata ikan? Jadi, kalimat “Wah, mata ikan di kakiku akhirnya sembuh!” ternyata bisa diganti dengan kalimat “Wah, tuna netra di kakiku akhirnya sembuh!”. Oke, sip. Ini aneh dan jelas salah.