Bagi saya, perilaku para pengguna Facebook selalu lucu untuk
diperhatikan. Nyaris tiap hari, perilaku-perilaku aneh mereka sering saya lihat terpampang
jelas di News Feed. Contohnya, saya sering melihat kelakuan Facebook
User yang menulis status seperti ini:
“Kamu itu sebenernya cinta ama aku nggak sih?”
Benar-benar status yang legendaris. Entah sudah berapa puluh kali
saya melihat seseorang membuat status macam ini. Lalu, di mana letak
kelucuannya? Ini saya anggap lucu, karena sejujurnya, hingga sekarang saya
masih belum mengerti konsep status itu.
Dia bertanya seperti itu, berarti butuh jawaban kan? Masalahnya,
kenapa nggak nanya langsung ke orangnya?! Dasar aneh. Jika memang menginginkan
jawaban, bertanya langsung orang yang dituju jelas akan lebih efektif ketimbang
ditulis di Faceboook.
Saya sudah sering memberi komentar ke status-status macam itu. Isi
komentarnya, menyarankan agar si pembuat status langsung bertanya pada orang
yang dituju. Namun, apa tanggapannya? Ini cuma status iseng? Dia sebenernya
nggak niat bertanya seperti itu.
Nggak niat, tapi masih aja ditulis di Facebook? Oke, saya langsung
yakin jika dia memang orang yang kurang kerjaan.
***
Selanjutnya, beberapa hari yang lalu, ada seseorang yang menulis
status seperti ini:
“Kalo nggak seneng ama gue, jangan cuma nyindir-nyindir
lewat Facebook. Ngomong langsung!”
Status di atas malah lebih aneh lagi. Oke, dia mengecam seseorang
karena hanya menyindir-nyindir lewat Facebook, bahkan menyuruh (orang yang
menyindirnya) buat ngomong langsung. Pertanyaannya, elu nyuruh dia ngomong
langsung, semantara elu sendiri ngomong lewat Facebook?! WTF! Intinya, siapa
yang gila?
Namun, gelar status teraneh rasanya harus disematkan kepada
status-status yang isinya doa, pertanyaan, atau bahkan keluhan terhadap Tuhan.
Seperti ini:
“Ya Tuhan, kok jadi begini?”
atau “Ya Tuhan, semoga saya bisa mengerjakan semua soal UAS hari ini...”
Lah, memangnya Tuhan bakal mengomentari status Facebook dia? Membalas
doa dan pertanyaannya melalui Facebook? Beneran ngaco! Untuk status seperti itu,
saya selalu memberi komentar begini:
“Facebook says: Maaf, saya bukan Tuhan. Jika memiliki harapan, atau
bahkan keluhan, silakan beribadah sesuai kepercayaan kamu dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Jangan berdoa melalui saya...”